Jumat, 28 Oktober 2016

Gua Maria Tritis


Gua Maria Tritis merupakan tempat ziarah umat Katolik yang terletak di pegunungan karst Gunung Kidul. Tepatnya di tepi Jalan Lingkar Selatan Gunung Kidul, tepatnya di Dusun Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan.

Untuk mengakses gua ini kita bisa mengikuti jalur utama Yogyakarta - Patuk - Pertigaan Gading - Playen - Paliyan - Pasar Trowono - Singkil. Sedangkan jalur alternatif lainnya adalah Yogyakarta - Imogiri - Panggang - Paliyan - Pasar Trowono - Singkil.

Sedangkan alat transportasi yang dapat kita gunakan adalah sepeda motor, mobil, serta bus wisata. Saat itu saya bersama teman-teman datang ke sana menggunakan motor karena kami datangnya beramai-ramai dan yang memiliki mobil hanya sedikit, oleh sebab itu kami memutuskan menggunakan motor. Selain itu juga dapat mengirit waktu di jalan. Namun saya juga pernah bersama keluarga saya ke sini dengan menggunakan mobil dan jalannya sudah bagus jadi kami tidak kesusahan dalam mengunjunginya.

Untuk harga tiket masuk sendiri tidak ada dan hanya dikenakan biaya parkir Rp2.000,00 untuk motor. Di depan jalan masuk Gua Maria Tritis banyak sekali yang menjual lilin, rosario dan alat ibadah lainnya, tak ketinggalan makanan dan minuman juga diperjual belikan.

Pada tahun 1975 Romo Hardjosudarmo, SJ bertugas di Paroki Wonosari. Beliau juga membina para murid SD Sanjaya di Dusun Pengos, Kelurahan Giring, Kecamatan Paliyan. Pada tanggal 25 Desember1975 itu beliau bersama para murid SD Sanjaya merayakan misa natal di gedung SD Sanjaya karena waktu itu di lingkungan SD Sanjaya belum mempunyai kapel. Setiap akan diadakan Misa Natal, Romo membuat “gua” dari kertas. Melihat hal itu ada seorang murid berkata kepada Romo,”Romo, tidak usah membuat gua dari kertas, karena di tempat saya ada gua asli.” Lalu Romo itu bertanya,”gua asli bagaimana ?” Murid itu hanya menjawab,”Gunung itu growong (berlobang besar).”

Maka pada suatu hari Romo diantar oleh muridnya itu ke gunung growong itu. Sampai di dalam gua Romo kagum dengan keindahan alam yang baru pertama kali dijumpainya, sehingga Romo berniat menjadikan gua tersebut sebagai tempat berdoa bagi umat katolik.

Tak lama setelah peristiwa itu Romo menemui Bpk. R. Radio Sutirto, Kepala Desa Giring. Tujuannya adalah untuk meminta izin agar Gua Tritis boleh dipergunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. “Pak, bagaimana kalau Gua Tritis itu saya jadikan tempat sembayangan bagi umat Katolik ?” Tanpa menunggu keesokan harinya bapak kepala desa itu menyetujui permintaan Romo Hardjosudarmo, SJ itu. Berkat dukungan dan kerja sama masyarakat Dusun Bulu jalan menuju ke gua dalam waktu kurang lebih satu bulan sudah dapat dilewati walaupun waktu itu keadaanya belumlah sempurna seperti sekarang. Dan pada tahun 1979 Gua Maria Tritis diresmikan oleh Romo Lamers, SJ dengan memasang Patung Bunda Maria. Sejak saat itu tempat itu dinamai Gua Maria Tritis.

Gua ini memiliki keunikan tersendiri yaitu adanya kolam alam yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan airnya sendiri berasal dari tetesan air dari atas gua. Selain itu disepanjang jalan mulai dari pintu masuk hingga ke dalam gua terdapat patung Yesus di salib dan kisah penyaliban Yesus Kristus itu sendiri yang biasa digunakan untuk Jalan Salib.
 Namun sayang di sana jika malam datang sudah tidak ada lagi penerangan di sepanjang jalan mulai dari gua ke jalan utama mengingat jaraknya yang lumayan jauh dan naik turun juga. Padahal berdoa enaknya sampai malam hari namun karena penerangan yang kurang jarang orang berdoa di sana sampai malam bahkan hanya sampai menjelang Maghrib saja.

Jadi, himbauan saya kepada pengunjung dan pengelola Gua Maria Tritis hendaknya uang kolekte yang dikumpulkan saat Misa dipergunakan untuk membangun sarana berupa penerangan sehingga mau siang atau pun malam siapa saja betah berdoa di sana tanpa ada rasa khawatir.



Sumber:
a. http://www.njogja.co.id/wisata-sejarah/gua-maria-tritis-damainya-berdevosi-di-gua-alami
b. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVxr3OLjf7Pomd61AXEPZuIImyLrkVJGoBh_OR0ByL5H7rdgJWwg9LyiDTjUf8p8K9ySc8-T4azX1zwIAJQoPtumHixsVgTjngnsjcAsW81EsRZqeruuQB-qMPSRc9tq5-Lu1pfn1585NH/s1600/575249574.jpg
c. http://guamariatritis.blogspot.co.id/p/history_13.html
d. http://claudiasolano.com/wp-content/uploads/2016/04/Gua-Maria-Tritis.jpeg

 

Jumat, 07 Oktober 2016

Museum Universitas Gadjah Mada

Nah, hari ini tepatnya tanggal 7 Oktober 2016 aku berkunjung ke Museum UGM nih guys yang terletak di kompleks UGM sebelum Grha Sabha Pramana. Kalok dari Bundaran UGM kanan jalan ya guys, tempatnya berdampingan sama Gedung Alumni UGM nih.

Tuh tuh denahnya, dah tambah jelas kan? :D

Akses ke sini gampang guys bisa jalan kaki juga lho, itung-itung abis ngampus daripada bosen ngemall mending ke sini :D Kalok dari Vokasi ke sini sih paling ya 10 menit azaaa, karena macet ya kannn.

Terus kamu bisa pakek motor, mobil, Trans Jogja (tapi lumayan jauh lho jalannya), ojek, taksi dan the last is sepeda kampus UGM :D Dah ga polusi, sehat, gratis pula :D

Harga tiket masuknya gratis guys, dah langsung cuss aja ga usah ba bi bu be boooo. :D Belum jadi keluarga UGM namanya kalok belum ke sini (:

Gagasan untuk melahirkan Museum UGM sebagai wahana pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa melalui museum sangat penting dilakukan. Mengingat keinginan masyarakat untuk melihat dan memahami lebih dekat tentang UGM. Berdasarkan pemikiran tersebut mendorong UGM untuk dapat menjawab mengapa UGM perlu mewujudkan Museum UGM sebagai jendela jati diri UGM yang berkelanjutan.

Nilai penting dari museum ini jelas dong kita bisa tahu bagaimana awal mula UGM berdiri, siapa saja yang pernah memimpin, dan lain sebagainya. Kurang keren apa cobalah UGM nih? Hehe.

Nah tapi lagi-lagi aku punya catatan kritis nih buat museum ini, yaitu keterangan jam tutup di museum sama yang ditampilin di Google beda guys. Di museum ditulis jam 15.00 WIB tapi di Google ditulis jam 16.00 WIB, tuh rancu banget kan? Ga cuma itu, masak museum hari Minggu tutup? Bukannya tutupnya museum di Jogja tuh Senin ya? Kan kalok Minggu buka pasti banyak pengunjungnya. Kasian yang dah ngluangin waktu ke sini tapi lagi-lagi harus kecewa karena museum tutup.
Dan buat kalian yang ke sini jangan buang sampah sembarangan yaaa, walaupun ga ada tempat sampah bukan berarti bisa buang sampah seenaknya.

Mau tahu foto-foto aku apa aja? Yuk intip :D




Sumber:
http://ugm.ac.id/id/fasilitas/3639-museum.ugm

Museum Sri Sultan Hamengkubuwono 9

Halo semuanya, apa kabar? Kabar baik kan? Oh ya guys sedikit curhat nih ya, sekarang aku lagi ga enak badan, pusing, panas, pilek )': ya tapi harus nugas, gapapa lah ya semangatttt!!! Oh ya salah satunya aku sakit gegara kehujanan pas abis dari museum ini. Waktu itu kita mau ke Museum Sonobudoyo Unit 2 kan abis dari sini tapi tutup, dan kita memutuskan ke Museum UGM tapi tutup juga, abis itu ke Museum Wayang Kekayon eh juga tutup. Jadi pas Minggu kemarin cuma ke museum ini aja sama makan ke Mbok Sabar, enak bangettt lhoo. Ok cuss kita bahas. :D

Lhoh, kok itu enah Kraton Yogyakarta sih? Hayo jujur pasti kalian bertanya-tanya kenapa bukan denah museumnya ya kan? :D Jadi, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono 9 ini berada di lingkungan Kraton guys, coba deh kalian GPS sendiri kalok ga percaya. So, if you choose to visit Yogyakarta Royal Palace you can get a whole package, karena banyaak banget yang bisa kalian liat di sini.

Nah, untuk akses ke sana kemarin kita pakek sepeda motor nih dari Sekolah Vokasi UGM ke arah Kraton, terus parkir di deket Badan Pengurus HIPMI Jogja guys abis itu kita jalan ke museum ini. Tapi sebenernya kalok langsung parkir di museum ini boleh kok.

Terus transportasi yang bisa kalian pakek motor, mobil, Trans Jogja, ojek, dan becak. Karena ini terletak in the heart of Jogja guys jadi ya semua transportasi bisa ke sini, tapi jangan bawa helikopter, pesawat sama kapal lho ya karena kalok itu belum ada fasilitasnya, hahaha. :D #nglawakdikit

Gimana guys sampek sini tertarik ga nih ke sini? Rp5000,00 aja lho tiketnya dan kalok mau foto-foto cukup bayar Rp1000,00 aja murah kan? Yuk berwisata ke museum :D

Tapi belum afdol nih rasanya kalok kita ga tau sejarah museum itu sendiri gimana ya kan? Yuk kita bahas satu-satu.
Jadi museum ini diresmikan oleh anak dari Sri Sultan Hamengkubuwono 9, yappp bener banget anaknya namanya Sri Sultan Hamengkubuwono 10. Beliau meresmikan museum ini pada 18 November 1990. Di dalam museum ini terdapat benda-benda / peralatan, foto-foto, dan tanda jasa serta barang yang ditampilkan dalam museum ini khusus milik maupun yang diterima almarhum ayahanda tercinta.
Oh ya, jam bukanya sama kayak Kraton ya guys. Dan bagi aku sendiri museum ini sangat tepat diangkat dan dibuka untuk umum karena kita bisa tahu apa saja jasa-jasa yang telah beliau berikan dan kita bisa meneladaninya.

Dannnnnn keunikan dari museum ini adalahhhhhhhhhhh barang-barang lama Sultan mulai dari alat masak, baju, lencana dan lain-lain dari tahun ke tahun dapat kita saksikan di siniiii. Yeayyy :D Jadi walaupun kita bukan kerabat Keraton (Eh eyang buyutku orang Keraton tapi, jadi aku kerabat Keraton bukan ya?) kita tetap bisa menikmati perjuangan Sri Sultan HB IX.

Di sini aku mau kasih catatan kritis nih, yaelahh sok-sok bijak. Haha, tapi ini serius. Jadi hari Jumat, 7 Oktober 2016 aku nemenin Ido ke Keraton buat liat museum ini, eh tapi ternyata tutup 2 hari karena ada ritual mandiin senjata sama kereta tertua. Jadi gagal deh kita ke sini, dan balik ke topik catatan kritisnya yaitu kurang adanya publikasi bila keraton akan tutup due to ritual, hal ini dibuktikan banyak yang kecelik pas mau ke sini (Source:Abdi Dalem).
Nah, tapi kalian jangan gara-gara kecelik 1 kali terus putus asa yaaaa. Kalian tetep harus ke sini karena kalian bisa menemukan sosok panutan yang tepat dan juga bule aja tertarik, masak kamu nggak? Kuy berwisata ke museum. :D

Nah sekarang liat foto-foto aku yuk :D







Sumber:
  • http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/190-museum-hamengkubuwono-ix.html
  • https://zuliadi.wordpress.com/2009/03/06/denah-kraton-yogyakarta/