Gua Maria
Tritis merupakan tempat ziarah umat Katolik yang terletak di pegunungan karst
Gunung Kidul. Tepatnya di tepi Jalan Lingkar Selatan Gunung Kidul, tepatnya di
Dusun Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan.
Untuk mengakses
gua ini kita bisa mengikuti jalur utama Yogyakarta - Patuk - Pertigaan Gading -
Playen - Paliyan - Pasar Trowono - Singkil. Sedangkan jalur alternatif lainnya
adalah Yogyakarta - Imogiri - Panggang - Paliyan - Pasar Trowono - Singkil.
Sedangkan
alat transportasi yang dapat kita gunakan adalah sepeda motor, mobil, serta bus
wisata. Saat itu saya bersama teman-teman datang ke sana menggunakan motor
karena kami datangnya beramai-ramai dan yang memiliki mobil hanya sedikit, oleh
sebab itu kami memutuskan menggunakan motor. Selain itu juga dapat mengirit
waktu di jalan. Namun saya juga pernah bersama keluarga saya ke sini dengan
menggunakan mobil dan jalannya sudah bagus jadi kami tidak kesusahan dalam
mengunjunginya.
Untuk harga
tiket masuk sendiri tidak ada dan hanya dikenakan biaya parkir Rp2.000,00 untuk
motor. Di depan jalan masuk Gua Maria Tritis banyak sekali yang menjual lilin,
rosario dan alat ibadah lainnya, tak ketinggalan makanan dan minuman juga
diperjual belikan.
Pada tahun 1975 Romo Hardjosudarmo, SJ bertugas di
Paroki Wonosari. Beliau juga membina para murid SD Sanjaya di Dusun Pengos,
Kelurahan Giring, Kecamatan Paliyan. Pada tanggal 25 Desember1975 itu beliau
bersama para murid SD Sanjaya merayakan misa natal di gedung SD Sanjaya karena
waktu itu di lingkungan SD Sanjaya belum mempunyai kapel. Setiap akan diadakan
Misa Natal, Romo membuat “gua” dari kertas. Melihat hal itu ada seorang murid
berkata kepada Romo,”Romo, tidak usah membuat gua dari kertas, karena di tempat
saya ada gua asli.” Lalu Romo itu bertanya,”gua asli bagaimana ?” Murid itu
hanya menjawab,”Gunung itu growong (berlobang besar).”
Maka pada suatu hari Romo diantar oleh muridnya itu ke gunung growong itu. Sampai di dalam gua Romo kagum dengan keindahan alam yang baru pertama kali dijumpainya, sehingga Romo berniat menjadikan gua tersebut sebagai tempat berdoa bagi umat katolik.
Tak lama setelah peristiwa itu Romo menemui Bpk. R. Radio Sutirto, Kepala Desa Giring. Tujuannya adalah untuk meminta izin agar Gua Tritis boleh dipergunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. “Pak, bagaimana kalau Gua Tritis itu saya jadikan tempat sembayangan bagi umat Katolik ?” Tanpa menunggu keesokan harinya bapak kepala desa itu menyetujui permintaan Romo Hardjosudarmo, SJ itu. Berkat dukungan dan kerja sama masyarakat Dusun Bulu jalan menuju ke gua dalam waktu kurang lebih satu bulan sudah dapat dilewati walaupun waktu itu keadaanya belumlah sempurna seperti sekarang. Dan pada tahun 1979 Gua Maria Tritis diresmikan oleh Romo Lamers, SJ dengan memasang Patung Bunda Maria. Sejak saat itu tempat itu dinamai Gua Maria Tritis.
Maka pada suatu hari Romo diantar oleh muridnya itu ke gunung growong itu. Sampai di dalam gua Romo kagum dengan keindahan alam yang baru pertama kali dijumpainya, sehingga Romo berniat menjadikan gua tersebut sebagai tempat berdoa bagi umat katolik.
Tak lama setelah peristiwa itu Romo menemui Bpk. R. Radio Sutirto, Kepala Desa Giring. Tujuannya adalah untuk meminta izin agar Gua Tritis boleh dipergunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. “Pak, bagaimana kalau Gua Tritis itu saya jadikan tempat sembayangan bagi umat Katolik ?” Tanpa menunggu keesokan harinya bapak kepala desa itu menyetujui permintaan Romo Hardjosudarmo, SJ itu. Berkat dukungan dan kerja sama masyarakat Dusun Bulu jalan menuju ke gua dalam waktu kurang lebih satu bulan sudah dapat dilewati walaupun waktu itu keadaanya belumlah sempurna seperti sekarang. Dan pada tahun 1979 Gua Maria Tritis diresmikan oleh Romo Lamers, SJ dengan memasang Patung Bunda Maria. Sejak saat itu tempat itu dinamai Gua Maria Tritis.
Gua ini memiliki keunikan tersendiri yaitu adanya
kolam alam yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan airnya sendiri
berasal dari tetesan air dari atas gua. Selain itu disepanjang jalan mulai dari
pintu masuk hingga ke dalam gua terdapat patung Yesus di salib dan kisah
penyaliban Yesus Kristus itu sendiri yang biasa digunakan untuk Jalan Salib.
Namun sayang di sana jika malam datang sudah
tidak ada lagi penerangan di sepanjang jalan mulai dari gua ke jalan utama
mengingat jaraknya yang lumayan jauh dan naik turun juga. Padahal berdoa
enaknya sampai malam hari namun karena penerangan yang kurang jarang orang
berdoa di sana sampai malam bahkan hanya sampai menjelang Maghrib saja.
Jadi, himbauan saya kepada pengunjung dan pengelola Gua Maria Tritis hendaknya uang kolekte yang dikumpulkan saat Misa dipergunakan untuk membangun sarana berupa penerangan sehingga mau siang atau pun malam siapa saja betah berdoa di sana tanpa ada rasa khawatir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar