Akses ke Kraton Yogyakarta sama mudahnya saat kita mengakses Taman Sari dan Malioboro karena letaknya yang berdekatan.
Kita bisa menggunakan becak dan andong sebagai transportasi publik dan sepeda, motor dan mobil sebagai transportasi pribadi.
Harga tiket masuk untuk wisatawan dalam negeri dan manca negara dibanderol dengan harga Rp7.000,00 dan Rp12.500,00 dan jika kita ingin membawa kamera dan berfoto dikenakan biaya Rp1.000,00. Di sini kita juga dapat menyewa seorang guide yang dapat memandu perjalanan kita selama di Kraton dengan harga yang terbilang cukup murah yaitu sekitar Rp30.000,00.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah
raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Nilai penting dari Kraton Yogyakarta selain menjadi tempat tinggal Sultan yaitu menjadi saksi bisu sejarah perjuangan rakyat Mataram dari sebelum penjajah datang hingga negara kita merdeka saat ini. Maka dari itu tempat ini harus dijaga dan dilestarikan turun temurun dan secara berkelanjutan.
Tak hanya bangunan saja yang unik namun Keraton Yogyakarta juga menyuguhkan berbagai acara unik yang bermanfaat untuk dinikmati seperti Tumplak Wajik, Garebeg, Sekaten, Upacara Siraman, Labuhan. Dan acara ini pun banyak menarik antusiasme para wisatawan maupun penduduk di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Jika bertandang ke Kraton Yogyakarta hendaklah tidak menyentuh barang-barang yang tidak boleh disentuh supaya tidak kotor dan mudah rusak mengingat usianya yang sudah cukup tua. Tak hanya itu keheningan juga harus dijaga karena merupakan tempat sakral dan kediaman sultan. Dan kita harus ingat dimanapun kita hendaklah menjaga kebersihan.
Sumber:
- Chamamah Soeratno et. al. (2004). Kraton Yogyakarta:the history and cultural heritage (2nd print). Yogyakarta and Jakarta: Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations. 979-96906-0-9.
- Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore.
- R. Murdani Hadiatmadja (no year). Keterangan-keterangan tentang Karaton Yogyakarta. Yogyakarta: Tepas Pariwisata Karaton Ngayogyakarta.
- van Beek, Aart (1990). Images of Asia: "Life in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5.
- Acara budaya dengan judul Pocung dalam episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat disiarkan oleh JogjaTV.
- https://zuliadi.wordpress.com/2009/03/06/denah-kraton-yogyakarta/
- http://www.borobudursunrise.net/news78-harga-tiket-masuk-obyek-wisata-di-yogyakarta-2016.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar