Jumat, 26 Agustus 2016

Taman Sari Yogyakarta

Taman Sari Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor.Taman Sari terletak di Jalan Taman, Yogyakarta.

 Taman Sari terletak di jantung Kota Yogyakarta, maka dari itu kita dapat mengaksesnya dari seluruh arah dan tergolong tidak sulit.
 Kita dapat mengakses Taman Sari menggunakan angkutan umum maupun angkutan pribadi. Angkutan umum yang dapat digunakan yaitu Trans Jogja, becak, ojek dan andong. Namun jika menggunakan Trans Jogja kita harus berjalan kaki lumayan jauh karena Trans Jogja hanya melayani pemberhentian dan pemberangkatan di shelter mereka saja dan jarak dari shelter ke Taman Sari lumayan jauh jadi kita harus berjalan kaki.

Lalu jika menggunakan transportasi pribadi kita bisa menggunakan motor maupun mobil dan kita hanya perlu berjalan sedikit karena Taman Sari sudah menyiapkan banyak parkiran motor dan mobil yang terdekat dengan Taman Sari.

Harga tiket masuk untuk turis domestik adalah Rp3.000,00 dan untuk turis manca negara dikenakan biaya Rp7.000,00

Taman Sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

Taman Sari harus diangkat dan dilestarikan karena wilayahnya semakin lama makin dipadati oleh rumah-rumah penduduk yang menyebabkan sumber air yang tadinya digunakan untuk mengisi kolam permandian para selir kian habis dan menipis. Selain itu bangunan ini juga perlu dirawat karena mengingat usianya yang sudah tua dan mudah roboh.

Keunikan dari Taman Sari itu sendiri bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata yang dulunya digunakan untuk mandi para selir namun tempat ini juga memiliki masjib bawah tanah yang dulunya diselimuti air yang dibangun dengan putih telur. Tak hanya itu juga bangunan ini juga memiliki kamar dan terdiri dari beberapa lantai. Arsitektur bangunan dan perabot yang ada pun menambah keunikan tempat ini, terlebih di setiap bangunan dan bendanya mereka memiliki filosofi tersendiri.

Namun di Taman Sari sendiri ketersediaan guide sangatlah sedikit sehingga 2x saya berkunjung ke sini saya hanya mendapatkan guide lokal yang tampilannya kurang memadai dan terkesan seperti guide pungli (pungutan liar) dan apa yang mereka tahu tentang Taman Sari hanyalah hal-hal yang mendasar saja dan bahkan ada yang tahu hanya spot foto yang bagus saja.

Pengunjung yang datang ke Taman Sari dihimbau untuk tidak memegang terlebih masuk ke dalam kolam permandian di Taman Sari karena airnya masih asli dari mata air yang ketersediaannya sedikit dan dianggap keramat. Maka dari itu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita lebih baik jangan mengotori area kolam ini dan sekitarnya.

Sumber:
  1. .... (2002). Indonesian Heritage 6: arsitektur. Jakarta: Buku Antar Bangsa. ISBN 979-8926-19-16 Check |isbn= value (bantuan).
  2. Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore.
  3. Thorn, William, Major (1993). The Conquest of Java (Periplus Edition, reprinted, originally 1815). Antiques of the Orient Pte. Ltd. ISBN 0-7946-0073-5.
  4. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF6bCjClTnLZmv5fVAtWNUy_6mPz5ZJ6dKVM8gvnHzBeuVD9mPEzq4u9cLnHd4uEtWjLJYFzrExLr6BV-pc_P1CkrgUd0R7hklIFRcmXk7uTCh3e0NFfQynHYWlikecjrfmNFUbE6UJf8Z/s1600/httpculturaldestination.blogspot.com.jpg 
  5. http://wisatapedi.com/sejarah-objek-wisata-taman-sari-keraton-yogyakarta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar